Novel Warna Warni SMA


WARNA WARNI SMA




Sahabat, slalu memberi jawaban atas semua pertanyaan dalam hidup. Sahabat, mampu memberi jalan tersaat jalan kita tak pasti. Sahabat, bisa merubah hal yg tak mungkin menjadi mungkin. Dan sahabat, slalu memberikan yang terbaik.
            Banyak kisah yang terlewati bersama sahabat, pahit dan manis perjalanan hidup untuk mencari jati diri yang sesungguhnya. Semua memori yang terlalu indah untuk dilupakan, semua cerita yang indah untuk dikenag, semua karena sahabat. Persabatan yang terlalu kuat untuk dipasahkan.
            Aden, Dika, Doni, Dinda, dan Fitri mereka sudah bersahabat ketika mereka baru saja masuk ke salalah satu Sekolah Menengah Atas di kota mereka. Hari demi hari mereka lalui dersama, mengukir cerita, membuat memori terindah saat mereka mengenakan seragam putih abu abu.Hingga kini mereka duduk di kelas tiga.
            Aden merupakan murid yang pandai, dia sering mewakili sekolahnya dalam kejuaraan cedas cermat, dia juga memiliki wajah yang cukup tampan. Dika merupakan murid yang tampan dan selalu bertampilan menarik. Doni seorang murid yang suka usil dan periang. Dinda seorang wanita yang sangat cantik, dia juga merupakan seorang modeling, banyak perlombaan model yang telah ia juarai. Fitri merupakan gadis yang manis dan lembut, ia juga sangat ramah namun ia sedikit ceroboh.
            Pagi itu tampak sudah banyak murid murid yang datang ke sekolah, jam pelajaran memang belum dimulai namun sekolah itu sudah ramai. Banyak murid murid yang berkumpul bersama teman temannya di lorong sekolah, di kantin, maupun di halaman sekolah. Aden, Dika, dan Doni pun sedang berkumpul di lorong depan kelas mereka menunggu lonceng berbunyi.
            ” Wah wah wah,,, Den pagi pagi udah baca buku. Apa gak bosen? ” ujar Dika.
            ” Lo gak inget apa nanti kita ulangan mana pas pelajaran pertama, bisa gawat kalau nilai kita ancur ” jelas Aden sambil membaca buku yang ia pegang.
            ” Iya Den, lo jangan dengerin kata Dika. Lo belajar ajah biar nilai kita bagus, tapi nanti jangan lupa contekin gua yah ” sahut Doni.
            ” Yoi tenang aja, klau gua tau nanti gua kasih contek ” jawab Aden.
            ” Contekin gua juga yah Den, lo kan pinter ” ucap Dika sambil merangkul bahu Aden.
            ” Eh, sori emang kita kenal yah? Don lo tau gak ini siapa? ” ejek Aden.
            ” Gak tau tuh, sksd ” ujar Doni.
            ” Rese lo, sama temen sendiri kaya gitu ” ucap Dika.
            ” Hahahaha... gua cuma bercanda. Iya nanti kalo inget gua kasih tau ” Aden tertawa.
            Tampak seorang gadis baru datang ke sekolah dan langsung menghampiri Aden, Dika, dan Doni. Gadis itu bernama Dinda sahabat Aden, Dika, dan Doni.
            ” Pagi...” tegur Dinda.
            ” Pagi Dinda ” Aden, Dika, dan Doni menjawab serentak.
            ” Baru dateng bu? ” tanya Dika.
            ” Iya iya lah gak liat apa gua masih bawa tas gini ” jawab Dinda.
            ” Loh Fitri mana? ” tanya Aden.
            ” Mana gua tau, memangnya gua ibunya ” jawab Dinda.
            ” Lah Den lo kaya gak tau Fitri aja, paling juga dia telat ” ucap Doni.
            ” Eh, tumben lo tanyain Fitri. Jangan jangan ada hati nih... ” sindir Dinda.
            ” Hahahaha... bener tuh. Hayo ngaku ” sahut Dika.
            ” Loh apa salahnya gua tanya Fitri? ” jawab Aden.
            Tiba tiba terdengar suara lonceng berbunyi. Mereka pun langsung masuk ke kelas mereka. Dinda dan Fitri duduk di bangku ke dua dari depan, Doni dan Diki duduk dibelakangnya, sedangkan Aden duduk di belakang Doni dan Diki. Namun sampai saat itu fitri belum juga datang. Tak lama kemudian seorang guru memasuki kelas itu.
            ” Selamat pagi anak anak ” sapa Pak Budi dari bangkunya.
            ” Pagi pak ” seluruh murid menjawab serentak.
            ” Pagi ini kita ulangan, bapak harap kalian bisa mengerjakan nya dan jangan mencontek ” ujar Pak Budi.
            Lembar soal pun dibagikan dan seluruh siswa mulai mengerjakan. Sejenak ruangan menjadi sangat hening. Tiba tiba terdengar suara orang berlari di lorong kelas. Ternyata Fitri baru datang ke sekolah, ia berlari sekencang kencangnya sepanjang lorong. Fitri pun berhenti sejenak di depan pintu kelas untuk mengambil nafas. Dengan memberanikan diri ia mengetuk pintu dan masuk. Ia langsung berjalan menghadap Pak Budi yang sedang duduk. Kedatangan Fitri tampak menjadi pusat perhatian seluruh siswa di kelas itu.
            ” Maaf pak saya terlambat ” ucap Fitri menundukan kepala.
            ” Fitri... Fitri..... kamu tau sekarang hari apa? ” ucap Pak budi menahan tawa.
            ” Hari senin pak ” jawab Fitri singkat.
            ” Lantas mengapa kamu pakai seragam peramuka? Kemana seragam OSIS kamu ” tanya Pak Budi, serentak seluruh siswa tertawa melihat Fitri. Fitri pun hanya diam dan menundukan kepala.
            ” Lalu apa kamu mau pergi kesalon? ” tanya Pak Budi lagi.
            ” Maksud bapak? ” Fitri tampak tak mengerti dengan pertanyaan Pak Budi.
            ” Coba kamu periksa ada apa di rambut kamu ” ucap Pak budi.
            Fitri langsung memegan kepalanya, seketika ia memegang sebuah rol rambut yang masih terpasang di rambutnya. Fitri langsung menarik rol rambut itu dan menunduk malu, tampak wajah Fitri menjadi merah.
            ” Ya sudah ini soal ulangan nya. Duduk dan kerjakan dengan benar ” ujar Pak Budi. Beruntung sekali Pak Budi memang seorang guru yang ramah. Ia juga selalu menjadi guru faforit di sekolah itu karena keramahannya.
            ” Baik pak ” Fitri mengambil lembaran soal itu dan berjalan menuju bangkunya.
            ” Abis begadang bu??? ” ejek Dinda pelan ketika Fitri sudah duduk di sampingnya.
            ” Udah deh jangan ngejek ” sahut Fitri sambil mengeluarkan alat tulis nya.
            ” Shuuutt... shuutt... Fit, kasih tau gua nomor 6 dong ” ucap Doni pelan dari belakang fitri.
            ” Lo udah gila ya Don, gua aja baru duduk baca soal aja belum ” jawab Fitri.
            ” Eh Don, tuh Aden di belakang lo. Tanya sama dia dong ” sahut Dinda.
            ” Iya bego lo Don, nanya soal ginian sama mereka. Mereka mana bisa ” ujar Dika.
            ” Doni, Dika, Dinda, jangan mencontek ” tegur Pak Budi dari bangkunya.
            ” Iya pak ” jawab Dika.
            ” Hahahahahaha.....” Aden tertawa kecil.
            ” Ah rese lo Den, malah ketawa bukannya kasih contekan ” ujar Doni.
            ” Iyh deh nih ” Aden memberikan selembaran kertas yang dilipat.
            Waktu terus berlalu, tanpa terasa lonceng kembali berbunyi. Seluruh lembar jawaban dikumpulkan dan seluruh murid keluar kelas dengan tertib. Saat istirahat Aden, Dika, Doni, Dinda, dan Fitri bersama sama berjalan menuju kantin. Ketika mereka sedang berjalan, tiba tiba Dika menghentikan langkahnya sambil memandang ke suatu tempat.
            ” Weit kenapa nih? ” ujar Doni sataat Dika berhenti melangkah.
            ” Ada bidadari cuy ” ucap Dika sambil terus memandangi sesuatu.
            ” Bidadri apa sih? ” tanya Dinda heran.
            ” Lo kesambet apaan nih Dik? ” sahut Aden.
            ” Itu, bidadari cuy ” Dika menunjuk kearah seseorang yang ia lihat.
            Seseorang siswi yang sedang duduk di halaman sekolah. Siswi itu bernama Novi adik kelas mereka, Novi memang memiliki wajah yang sangat cantik. Sudah sejak awal melihatnya Dika memendam rasa kepada Novi namun ia tak pernah berani untuk mendekati Novi.
            ” Novi maksud lo? ” tanya Dinda.
            ” Yah gw kira apaan ” ujar Doni.
            ” Eh Dik, bukan nya lo suka sama dia? Mumpung dia lagi sendirian samperin dia gih ” ucap Dinda.
            ” Iyah bener tuh udah sana samperin ” sahut Fitri.
            Dika hanya terdiam dan terus memandangi Novi.
            ” Yah dia malah ngelamun. Sana cepet keburu di serobot orang ” Dinda mendorong Dika agar berjalan mendekati Novi.
            ” Iya deh, doain gw yah ” ucap Dika.
            ” Kalo udah ke kantin yah Dik ” ujar Fitri.
            Aden, Doni, Dinda, dan Fitri kembali berjalan menuju  kantin sedangkan Dika perlahan lahan berjalan mendekati Novi.
            ” Hay Nov ” ucap Dika saat berada di sisi Novi.
            ” Eh kak Dika ” jawab Novi sambil tersenyum.
            ” Boleh duduk? ” tanya Dika.
            ” Boleh kak silahkan ” sahut Novi.
            ” Emmm.... nanti setelah pulang sekolah kamu ada kegiatan gak? ” ucap Dika dengan gugup setelah ia duduk di samping Novi.
            ” Loh kak kok ngomong nya gerogi gitu sih ” ujar Novi sambil tersenyum.
            ” Hehehe... habis gak pernah aku deket sama cewe secantik kamu ” ucap Dika.
            ” Kak Dika kan deket tuh sama mba Dinda dan mba Fitri. Mereka kan cantik tuh ” sahut Novi.
            ” Ya iya sih ” Dika tersenyum.
            ” Kk ini ada ada aja. Oh iya tadi kakak bilang apa? ” tanya Novi.
            ” Nanti pulang sekolah ada acara gak? ” tanya Dika lagi.
            ” Kayaknya sih gak ada kak. Memang nya kenapa?” jawab Novi.
            ” Gimana kalau nanti temenin kk? ” tanya Dika.
            ” Boleh ” jawab Novi lagi.
            ” Bener yah, kalau begitu nanti ketemu di gerbang sekolah ya ” Dika tampak senang.
            ” Iya kak setelah pulang sekolah ya ” Novi tersenyum.
            ” Kalau gitu kk ke kantin dulu ya. Samapai ketemu nanti ” ujar Dika.
            Dika pun melangkah kerarah kantin dengan gembira. Sementara itu di kantin Aden, Doni, Dida dan Fitri sedang duduk bersama. Tak lama kemudian Dika datang dan langsung menghampiri mereka.
            ” Pelan pelan Don makan nya ” Dika menepuk pundak Doni dari belakang dan duduk di samping Doni.
            ” Uhuk... ah rese lo Dik, keselek nih gw ” ujar Doni sambil menepuk dadanya.
            ” Sory sory bcnda ” sahut Dika sambil tersenyum.
            ” Wih kayak nya ada yang lagi seneng nih ” ucap Dinda.
            ” Iya dong yang habis bicara empat mata sama cewek idaman nya ” sindir Fitri.
            ” Certain dong, gimana tadi? Lancar gak? “ tanya Dinda.
            “ Iya gitu deh…. “ ujar Dika sambil meminum minuman di depan nya.
            ” Eh,,, minum gw tuh ” protes Doni sambil mengambil minuman yg di pegang Dika dan meminumnya.
            ” Cerita dong Dik ” pinta Dinda penasaran.
            ” Nanti, pulang sekolah gw mau jalan sama Novi ” jawab Dika.
            ” Wah..... sealamat yah Dik. Akhirnya bisa juga lo ajak Novi jalan. Ngomong ngomong udah lo tembak belum? ” tanya Fitri.
            ” Belum, rencana nya nanti waktu gw lagi jalan berdua sama dia gw tembak dia. Kalian do’ain gw yah ” jawab Dika.
            ” Oh pasti dong Dik, tapi klau lo di terima jgn lupa makan makan nya yah ” sahut Dinda.
            ” So pasti, nanti gw teraktir deh kalian ” ujar Dika.
            ” Nah gitu dong, kalau lagi senang inget sama sahabat sahabat nya ” sahut Aden.
            ” Kalian kan sahabat sejati gw, jadi gak mungkin lah gw lupain kalian ” ucap Dika.
            Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Mereka langsung kembali ke kelas mereka dan mengikuti semua pelajaran. Dan tanpa terasa waktu terus berputar bel kembali berbunyi. Semua siswa langsung keluar kelas dan pulang kerumah mereka masing masing.
            Begitu juga dengan Aden, Dika, Doni, Dinda, dan Fitri. Mereka berjalan bersama sepanjang lorong kelas menuju gerbang sekolah. Tampak di depan gerbang sekolah Novi telah berdiri dan menunggu Dika.
            ” Eh Dik, tuh cewek pujaan lo udah nunggu ” ucap Dinda.
            ” Iyah, jadi gugup gw ” ujar Dika.
            ” Yah lo gimana sih masa gugup terus ” sindir Fitri.
            ” Iya deh gw pergi duluan yah ” ucap Dika.
            ” Oh iya Dik nanti jangan lupa kita kumpul jam 4 di cafe biasa ya ” sahut Aden setelah Dika telah berjalan beberapa langkah.
            ” Oke deh, nanti setelah gw nonton sama Novi gw langsung kesana ” ucap Dika sambil berbalik badan mengarah ke Aden, Doni, Dinda dan Fitri.
            Dika kembali melanjutkan langkah nya ke gerbang sekolah sedangkan Aden, Dinda, Doni, dan Fitri berjalan ke arah tempat parkir sekolah.
            ” Hay, udah lama yah nunggu nya? ” tanya Dika saat telah di sisi Novi.
            ” Barusan kok kak ” jawab Novi tersenyum.
            ” Kalau gitu kita langsung berangkat yah, kk ambil motor dulu, kamu tunggu disini yah ” ucap Dika dan Novi hanya mengangguk sambil tersenyum.
            Dika langsung bergegas mengambil motornya. Dika dan Novi pun langsung pergi kesebuah mall dan menonton sebuah filem di bioskop dalam mall itu. Setelah filem itu selesai mereka berjalan memutari mall itu.
            ” Kak, makasih yah udah ngajak aku nonton, filemnya bagus banget deh ” ucap Novi tersenyum.
            ” Iyah, aku juga mau ucapin terima kasih ke kamu. Karena kamu udah mau jadi pacar kk ” ujar Dika.
            ” Ah kk bisa ajah ” ucap Novi sambil menggandeng tangan Dika dan menyandarkan kepalanya di bahu Dika.
            Tiba tiba hp Dika berbunyi, Dika langsung mengambil hpnya di dalam saku celana. Ternyata Dika menerima pesan dari Aden.
            ” Oh iyah yank, aku lupa aku udah ditunggu sama anak anak nih ” ucap Dika.
            ” Loh, mau kemana? ” tanya Novi.
            ” Kumpul di cafe, kamu juga belum makan kan? ” tanya Dika.
            ” Iya deh aku ikut ” ucap Novi tersenyum.
            Dika dan Novi langsung bergegas meninggalkan mall itu dan menuju cafe tempat biasa mereka berkumpul. Sementara itu di cafe, Aden, Doni, Dinda, dan Fitri sudah menunggu.
            ” Mana sih tu anak lama banget ” ucap Dinda tampak mulai kesal.
            ” Gw udah sms kok mungkin dia udah di jalan ” jawab Aden.
            ” Pesen makanan dulu deh laper banget nih gw ” ucap Doni sambil memegang perutnya.
            ” Don, tahan sebenter yah. Kita tunggu Dika dulu, gak enak kalau kita makan duluan ” sahut Fitri lembut.
            ” Iya Don, Fitri bener tuh. Lo bisa kan tahan sebentar lagi ” ujar Aden.
            ” Iya deh gw tahan ” ucap Doni.
            ” Gila, udah hampir sejam gini kita nungguin dia. Udah berlumut kali nih badan gw ” perotes Dinda.
            ” Hehehehe.... lo Din ada ada aja. Masa iya lo berlumut, udah gak usah marah marah nanti cepet tua lo ” sindir Fitri tersenyum.
            ” Habis kesel gw ” sahut Dinda.
            ” Eh itu Dika ” tiba tiba Doni menunjuk kearah pintu masuk cafe itu.
            ” Nah kan dia dateng ” ucap Aden.
            ” Tapi itu kan Novi, ngapain dia aja Novi ” ujar Dinda.
            ” Ya sudah lah Din, Novi juga sudah datang kesini, gak mungkin kan kita usir dia ” ucap Fitri.
            ” Hay gays.... sory yah gw terlambat ” ucap Dika saat telah menghampiri Aden, Doni, Dinda, dan Fitri.
            ” Iya gak apa apa kok ” ujar Aden.
            ” Novi juga ikut yah, silahkan duduk Nov ” Fitri tersenyum dan menarik kursi unuk Novi.
            ” Hem, kak Novi gak suka suasana disini. Kita ke tempat lain aja yuk ” ucap Novi kepada Dika dengan pelan.
            ” Iya deh ” jawab Dika.
            ” Loh kenapa Nov? ” tanya Fitri heran.
            ” Gak apa apa kok Fit, sorry yah kayaknya gw sama Novi gak bisa makan bareng kalian. Gw pergi dulu yah ” jawab Dika.
            Dika dan Novi pun berjalan keluar dari cafe itu.
            ” Lama lama ngejengkelin tuh anak ” ujar Dinda kesal setelah Dika dan Novi pergi.
            ” Ngejengkelin gimana Din? ” tanya Fitri.
            ” Lo bayangin dari jam 4 kita tungguin sampe sekarang udah mau jam 5. dia datang langsung pergi gitu aja ” jelas Dinda.
            ” Iya mereka kan baru pertama kali jalan berdua mungkin mereka butuh waktu buat berdua aja ” ucap Aden.
            ” Sorry nih gw motong pembicaraan kalian, boleh gak kita pesan makanan sekarang? ” sahut Doni.
            ” Hehehehhehehe.... iya udah yuk kita pesan makanan aja. Kasian tuh Doni udah kelaparan dari tadi ” jawab Aden.
            Mereka pun memesan makanan.
            Keesokan harinya mereka kemabli ke sekolah. Pagi itu Aden, Doni, Dinda dan Fitri sudah bekumpul dan sedang sarapan di kantin sekolah. Dika pun datang menghampiri mereka.
            ” Pagi semuanya ” sapa Dika sambil tersenyum.
            ” Pagi ” Jawab Fitri.
            ” Din, ngapa tuh muka lo tekuk gitu? Lo masih marah ya sama gw soal kemarin sore. Sorry deh, buat tanda maap gw gimana kalau gw aja yang bayari makan kalian? ” ucap Dika.
            ” Ah, serius lo Dik ” sahut Doni.
            ” Iyah serius lah ” jawab Dika.
            ” Tumben lo mau teraktir makan, dalam rangka apa? ” tanya Dinda masih sedikit kesal.
            ” Kan gw udah bilang buat tanda maap gw sekaligus nepatin janji gw ” jelas Dika.
            ” Bener? ” tanya Dinda kurang yakin.
            ” Iya Dinda.... makanya jgn cemberut lagi. Senyum dong, pagi pagi udah cemberut jelek lo ” ucap Dika.
            ” Hehehehe... iya deh ” Dinda pun akhirnya tersenyum.
            ” Oh iyah gw inget, lo udah jadian ya sama Novi? Hayo ngaku ” ujar Fitri.
            ” Hehehehe tau aja lo Fit, anak dukun lo ya? ” Dika tersenyum.
            ” Eh Dik, gw boleh nambah gak nih? ” ujar Doni.
            ” Iya, abisin dulu tuh mkanan lo baru nambah ” jawab Dika.
            ” Eh eh gw juga mau dong nambah ” sahut Dinda.
            ” Gak takut gemuk lo Din? ” tanya Dika.
            ” Bodo, mumpung geratis.... ” jawab Dinda.
            ” Iya deh, Den, Fit, kalian juga mau nambah gak? ” tanya Dika.
            ” Gw udah kenyang Dik, gw nambah minum aja deh.. ” jawab Aden.
            ” Iya gw juga sama kayak Aden minum aja ” ujar Fitri tersenyum.
            ” Serasi banget sih lo Fit sama Aden. Aden mau minum lo juga mau minum ” sindir Dika.
            ” Ah rese lo Dik, suka suka gw lah. Kebetulan aja gw lagi haus ” ujar Fitri sambil melempar tisu ke arah Dika.
            Aden, Dika, Doni, Dinda, dan fitri kembali melanjutkan makan mereka. Seperti biasa mereka melewati pagi itu dengan bersama sama. Siang harinya Dika dan Novi kembali jalan berdua. Sedangkan Aden, Doni, Dinda dan Fitri langsung pulang kerumah mereka masing masing.
            Keesokan paginya, tampak Aden dan Fitri sedang berjalan di lorong sekolah. Saat itu Doni baru saja datang dan bertemu Aden dan Fitri di lorong sekolah. Doni pun langsung menghampiri Aden dan Fitri.
            ” Den, Fit, mau kemana nih? Ke kantin yuk. Temenin gw sarapan ” sahut Doni.
            ” Gw sama Fitri mau ke perpus nih ” jawab Aden.
            ” Iya Don maap yah kayaknya kita gak bisa temenin lo sarapan ” ujar Fitri.
            ” Nah nah, pagi pagi mau kemana nih pasangan serasi ini? ” sindir Dinda saat menghampiri Aden, Doni, dan Fitri. Tampak Dinda pun baru datang ke sekolah.
            ” Nah tuh Don sama Dinda aja ” ujar Fitri.
            ” Loh loh, ngapa nih kok jadi sama gw? ” tanya Dinda.
            ” Doni mau ngajak ke kantin tuh cuma gw sama Fitri gak bisa ” jawab Aden.
            ” Oh, lo mau sarapan Don? Kebetulan nih gw juga masih lapar. Tapi lo yang teraktir yah ” ucap Dinda.
            ” Enak aja, bayar masing masing ” ujar Doni.
            Tiba tiba seorang siswa menghampiri mereka.
            ” Eh Dinda, lo tadi di cariin sama kepsek tuh ” ucap Haris saat menghampiri Aden, Doni, Dinda, dan Fitri.
            ” Gw? Iya makasih ya, nanti gw kesana deh ” ujar Dinda.
            Haris pun langsung pergi meninggalkan mereka.
            ” Nah lo Din, kok lo bisa dicariin kepsek? ” tanya Fitri.
            ” Lo sih Din pagi pagi udah bikin ulah ” sahut Doni.
            ” Enak aja, gw juga heran nih ” ujar Dinda.
            ” Iya lebih baik lo cepet gih temuin kepsek ” ujar Aden.
            ” Iya deh, gw ke ruang kepsek dulu ya. Sorry ya Don gw gak jadi temenin lo, gw juga lagi ada masalah nih ” ucap Dinda.
            ” Iya gak apa apa kok Din ” jawab Doni.
            ” Ya gw sama Fitri ke perpus juga ya ” ucap Aden.
            Mereka pun berpisah. Aden dan Fitri melanjutkan perjalanan nya ke perpustakaan, Dinda bergegas menuju ruangan kepala sekolah, sedangkan Doni kembali berjalan menuju kelas.
            Di sepanjang lorong menuju kelas, Doni bertemu dengan Dika dan Novi yang sedang duduk di taman sekolah. Doni pun langsung menghampirinya.
            ” Dik, temenin gw ke kantin yuk ” ucap Doni saat di dekat Dika dan Novi.
            ” Emh sebentar yah yank ” ucap Dika kepada Novi.
            Dika pun menarik Doni beberapa langkah menjauhi Novi.
            ” Aduh Don, gw lagi sama Novi nih. Kan ada Aden, Dinda, dan Fitri ” jawab Dika kepada Doni.
            ” Aden sama Fitri lagi ke perpus, Dinda ke ruangan kepsek ” ujar Doni.
            ” Iya tapi masalahnya gw lagi sama Novi nih. Sory yah Don gw gak bisa ” jelas Dika.
            ” Iya deh gw ke kantin sendirian aja ” ucap Doni.
            ” Nanti gw nyusul deh ” ujar Dika.
            Doni pun kembali pergi sedangkan Dika kembali menghampiri Novi.
            Sementara itu Dinda berjalan dengan rasa cemas. Perlahan lahan Dinda melangkah, dan ketika Dinda berada di depan ruangan kepala sekolah tampak Dinda menghentikan langkahnya. Jantung Dinda berdetak dengan kencang, Dinda pun sangat ragu untuk melanjutkan langkahnya lagi.
            Dengan perlahan Dinda mengetuk pintu ruangan kepala sekolah.
            ” Asalammuallaikum ” salam Dinda dari luar ruangan kepala sekolah.
            ” Waalaikumsallam, silahkan masuk Dinda ” jawab kepala sekolah.
            Dinda perlahan memasuki ruangan kepala sekolah dengan menundukan kepalanya. Tampak pula dinda melihat seorang lelaki memakai jas hitam yang duduk di depan kepala sekolah.
            ” Apa ibu memanggil saya? ” tanya Dinda sambil berdiri di depan kepala sekolah.
            ” Iya Dinda silahkan duduk ” jawab kepala sekolah.
            Dinda pun duduk di sebelah lelaki berjas hitam itu. ” Maaf bu, kalau boleh tau, kenapa saya di panggil. Apa saya melakukan kesalahan? ” tanya Dinda dengan nada pelan.
            ” Kamu tidak melakukan kesalahan Dinda ” ujar kepala sekolah.
            ” Lantas kenapa saya di panggil bu? ” tanya Dinda.
            ” Begini Dinda, ibu tau kamu memiliki bakat di bidang modeling. Jadi sayang jika bakat kamu ini tidak di salurkan ” jelas kepala sekolah.
            ” Maksud ibu ? ” Dinda tampak sedikit lega.
            ” Begini Dinda, ini ibu kenalkan saudara Johan. Dia yang akan membantu kamu untuk menyalurkan bakat kamu. ” ujar kepala sekolah.
            ” Benar Dinda, saya salah satu pencari bakat bakat yang potensial untuk menjadi seorang bintang seperti kamu. Ini kartu nama saya ” Johan memberikan selembar kartu nama yang dia ambil dari saku jasnya kepada Dinda.
            ” Ini beneran mas? ” tanya Dinda tampak senang.
            ” Kalau tidak benar buat apa saya datang kemari ” ujar Johan meyakini Dinda.
            ” Jadi saya bisa jadi artis terkenal mas? ” tanya Dinda lagi.
            ” Kenapa tidak ” ucap Johan.
            Tampak raut wajah Dinda berubah 1800 awalnya dinda sangat ketakutan dan cemas, kini Dinda tampak sangat bahagia.
            Sementara itu akhirnya Doni pergi ke kantinsendirian. Sesampainya di kantin Doni langsung memesan makanan dan duduk sendiri. Tampak pula Andi dan teman temanya duduk tak jauh dari Doni.
            Andi ialah siswa yang juga duduk di kelas 3, namun ia tidak sekelas dengan Doni. Andi juga dikenal sebagai siswa yang nakal, selain itu Andi juga selalu kedapatan merokok di sekolah bahkan dia juga pernah memakai narkotika.
            ” Woy Don, sendiri aja lo? Mana teman teman lo? ” tanya Andi saat menghampiri Doni yang sedang duduk sendiri.
            ” Lagi pada sibuk, memangnya kenapa? ” tanya Doni lagi.
            ” Katanya mereka sahabat lo, mana ada sahabat yang tega tinggalin sahabatnya sendirian. Kaya kita dong kemana kemana sama sama. Tapi lo tenang aja Don, gw bakal jadi sahabat lo yang bisa ngertiin lo dan selalu ada buat lo ” ujar Andi.
            ” Thanks ya Di ” ucap Doni.
            “ Yoi, kayaknya lo lagi jenuh banget nih. Ada masalah apa? Bilang aja sama gw ” tanya Andi lagi.
            ” Gw gak apa apa kok Di. Gw cuma kurang istirahat aja ” jelas Doni.
            ” Iya bagus deh kalau lo gak apa apa. Tapi kalau lo lagi ada masalah lo bilang gw aja, apa gak lo coba buat belajar ngerokok. Gw jamin masalah lo bisa lo lupain ” ucap Andi.
            ” Ngerokok? ” tanya Doni.
            ” Iya, lo coba aja ” jelas Andi.
            ” Nanti gw coba deh ” ujar Doni.
            Tak lama bel berbunyi dan mereka masuk ke kelas masing masing untuk mengikuti pelajaran. Waktu terus berputar, satu persatu mata pelajaran terselesaikan. Tanpa terasa jam istirahat pun kembali tiba.
            Aden, Dika, Doni, Dinda, dan Fitri pun pergi ke kantin bersama sama.
            ” Eh, Din tadi kenapa kok bisa di panggil sih??? ” tanya Fitri.
            ” Tau gak, gw ditawari jadi top model Fit ” ujar Dinda dengan nada gembira.
            ” Waahhhh.... akhirnya mimpi lo kesampeaan juga Din. Gw seneng banget dengernya ” ucap Fitri sambil memeluk Dinda dengan gembira.
            ” Iyah Din gw juga seneng ” sahut Dika lalu memeluk Dinda dan Fitri.
            ” Ye.... kesempatan nih peluk peluk ” ujar Dinda sambil melepas pelukan Dika.
            ” Iya, di liat Novi mampus lo ” sahut Fitri.
            ” Iya iya... Pissss... jangan gitu dong ” ujar Dika.
            ” Eh, Don tumben lo diem aja dari tadi. Ada apa? ” Tanya Aden.
            ” Gak apa apa kok Den ” ucap Doni tersenyum.
            ” Eh, gw cari Novi dulu ya ” sahut Dika meninggalkan Aden, Doni, Dinda dan Fitri.
            ” Huuuu.... Novi terus ” Sorak Dinda.
            ” Biarin... ” sahut Dika dari jauh.
            Setelah mereka kembali belajar, mereka pulang kerumah mereka masing masing. Dika pergi bersama Novi, Dinda pergi menuju kantor Johan, Aden dan Fitri pulang bersama sama kebetulan memang rumah mereka searah, sedangkan Doni pulang sendiri menuju rumahnya.
            Saat Doni tiba di depan rumahnya Doni tampak berhenti melangkah. Doni tampak terkejut mendengar suara ribut dari dalam rumahnya. Didalam rumah tampak Ayah dan Ibu Doni sedang berdebat.
            ” Ayah dari mana? Dari kemarin baru pulang ” tanya Ibu Doni.
            ” Buat apa kamu tanya tanya? Tugas kamu itu diam dirumah. Urus anak anak ” bentak Ayah Doni.
            ” Aku berhak tau mas kemana ingat mas, saya istri kamu ” ujar Ibu Doni.
            ” Akh, cerewet kamu ” Ayah Doni mendorong Ibu Doni hingga terjatuh kelantai.
            Tampak Doni melihat Ibu nya yang terjatuh dan langsung menghampiri ibunya.
            ” Ibu, Pah papah sadar gak sih dengan apa yang papah lakukan ” ujar Doni.
            ” Heh kamu lagi anak gak tau diuntung, ikut campur aja urusan orang tua. Kamu tau gak, kamu itu cuma anak pungut. Kalau saya gak ngadopsi kamu waktu bayi mungkin kamu udah jadi gembel ngerti gak ” Bentak Ayah Doni dan seketika itu masuk kedalam kamarnya.
            Doni tampak sangat tertekan mendengar ucapan Ayahnya. Doni baru mengetahui bahwa sebenarnya orang tua yang selama ini membesarkan nya bukanlah orang tua kandungnya.
            ” Doni, maafkan Ayah dan Ibu Don ” ucap Ibu Doni sambil menagis.
            ” Jadi semua itu benar bu? Doni cuma anak pungut? Kenapa bu, kenapa ibu gak pernah kasih tau Doni. Udah 17 tahun bu, ibu tutupin semua ini dari Doni. Kenapa ibu sembunyiin semua itu dari Doni? ” ujar Doni.
            ” Ibu tidak mau kamu kecwa Don ” jelas Ibu Doni.
            ” Ibu tau, Doni sekarang lebih kecewa dari apa yang ibu takutin ” Doni berlari keluar dari rumahnya.
            Doni berjalan tanpa arah. Ia tampak berhenti sejenak di sebuah kios dan membeli sebungkus rokok dan korek. Doni pun kembali berjalan mengikuti setiap langkah kaki nya. Doni tampak sangat terpukul dan kecewa. Doni akhirnya berhenti di sebuah jembatan. Doni mulai menghidupkan rokok yang ia beli tadi dan menghubungi Andi agar datang.
            Tak lama andi datang sendirian.
            ” Wih udah ngerokok nih. Gitu dong ” ucap Andi.
            ” Gw lagi pusing nih ” ujar Doni.
            ” Oh iya gw bagi dong rokok nya ” pinta Andi.
            ” Nih ” Doni mengeluarkan bungkusan rokok dari saku celananya dan Andi langsung mengambil sebatang rokok dan mengidupkannya.
            ” Gimana, bener kan kata gw. Rokok itu nikmat banget, apa lagi kalau kita lagi jenuh. Pas banget rasanya ” ucap Andi sambil terus menghisap rokoknya.
            ” Iya lumayan lah buat ngilangin jenuh ” sahut Doni.
            “ Oh iya, gw punya barang yang lebih bagus nih. Lo mesti coba, gw jamin lo bakal selalu bahagia kalo udah make ini barang ” ujar Andi.
            ” Barang apaan? ” tanya Doni.
            ” Nih lo coba ” Andi mengeluarkan sebuah lintingan berbentuk seperti rokok kecil dari saku celana nya.
            ” Ini ganja? ” tanya Doni lagi.
            ” Iya, ini lebih dasyat dari pada rokok ” ucap Andi.
            ” Gw coba deh, berapa nih? ” tanya Doni.
            ” Sekarang geratis aja buat lo, tapi lain kali bayar ya ” ujar Andi.
            ” Iya, gw ngerti kok. Thanks ya Di ” Doni mengambil lintingan ganja itu.
            Tiba tiba hp Doni berbunyi. Doni lalu mengeluarkan Hp nya dan menympan lintingan itu kedalam saku celana nya. Ternyata Aden yang mengirim pesan kepada Doni agar datang ke cafe tempat biasa mereka berkumpul.
            ” Sms dari siapa Don? ” tanya Andi.
            ” Biasa nih, gw cabut dulu ya ” ujar Doni meninggalkan Andi.
            Sementara itu di cafe Aden dan Fitri sudah menunggu Doni. Namun di situ tak tampak Dika dan Dinda. Tak lama akhirnya Doni datang sambil menghisap rokok nya. Doni pun langsung menghampiri Aden dan Fitri.
            ” Don, lo masih pakai seragam? ” tanya Aden saat Doni duduk di dekatnya.
            ” Lo udah tau masih tanya ” ujar Doni.
            ” Aduh, Doni rokoknya matiin dong. Gw gak tahan asapnya nih ” sahut Fitri.
            ” Lo ngerokok Don. Sejak kapan lo mulai ngerokok ” tanya Aden.
            ” Sejak kalian buang gw dan gak perduli lagi sama gw ” bentak Doni sambil mematikan rokoknya di atas meja.
            ” Doni, lo kok bilang gitu. Lo kenapa sih berubah gini? ” tanya Fitri.
            ” Kenapa? Kalian gak ngerasa. Lo liat, mana Dika dan Dinda. Dika, semenjak dia sama Novi apa pernah dia peduliin gw. Dinda, mentang mentang mau jadi model besar udah lupa sama gw. Lo Fit, dalam otak lo tu Cuma mikirin Aden kan. Lo gabung sama kita semua Cuma buat Aden kan. Dan lo Den, lo selalu belagak jadi ketua di sini. Ketua macam apa lo yang gak mikirin anggotanya. Lo anggap ini yang namanya sahabat. Taik lorang semua ” bentak Doni dan meninggalkan Cafe itu.
            Tampaknya Doni melampiaskan semua kekesalannya kepada Aden dan Fitri. Mendengar ucapan Doni tadi Fitri langsung duduk lemas dan mulai meneteskan air mata.
            ” Sudah lah Fit, mungkin Doni sedang ada masalah ” ujar Aden mencoba menenangkan Fitri.
            ” Lo sadar gak sih Den, apa yang di bilang Doni itu bener. Kita tuh udah mulai ancur. Gak kompak kaya dulu lagi, Doni butuh kita Den. Tapi kita gak ada di saat Doni butuhin kita “ ucap Fitri.
            “ Gw tau kok, tapi gw yakin ini Cuma cobaan buat kita. Dan gw percaya kita pasti bisa nyatu lagi kaya dulu “ ujar Aden.
            ” Iya kalau bisa, kalau gak? ” ucap Fitri
            ” Percaya sama gw, kita bisa satuin semuanya asal kita mau berusaha ” jelas Aden.
            ” Iya Den, lo bener. Kita gak boleh nyerah dan Cuma diam ” ucap Fitri.
            ” Nah sekarang lo apus air mata lo ” Aden memberikan tisu kepada Fitri.
            Esok harinya di sekolah tampak Aden, Dika, Dinda dan Fitri sudah datang dan berkumpul di kelas mereka. Kemudian Doni datang, namun ia tak menuju bangku yang biasa ia duduki.
            ” Woy, pindah lo ” bentak Doni sambil memukul meja.
            Siswa itu pun langsung pindah ke tempat Doni duduk seperti biasanya. Setelah menaruh tasnya Doni pun langsung kembali keluar kelas.
            ” Eh, ngapa tuh anak? ” tanya Dika heran melihat sikap Doni.
            ” Aden, ikut gw yuk ” ucap Fitri.
            ” Kemana? ” tanya Aden heran
            ” Udah ayok cepet ikut gw ” Fitri langsung menarik tangan Aden.
            Ternyata Fitri hendak mengikuti Doni. Pelan pelan Fitri dan Aden mengikuti kemana Doni melangkah. Tampaknya Doni melangkah menuju belakang gedung sekolah. Di situ tampak Andi dan kawan kawannya sudah berkumpul dan sedang menghisap sesuatu. Doni pun menghampiri Andi dan teman temannya sedangkan Fitri dan Aden berhenti di sisi gedung itu.
            ” Lagi ngisep apaan tuh? Asik banget keliatannya ” tanya Doni.
            ” Ini, yang kemaren gw kasih ke lo ” jawab Andi.
            ” Oh, maksud lo ini? ” Doni mengeluarkan lintingan ganja dari sakunya.
            ” Belum lo isep, sini gabung sama kita kita. Kita ngeflay bareng ” ujar Andi.
            Andi pun membantu Doni menghidupkan api. Doni pun mulai menghisap ganja itu dan duduk di samping Andi. Baru beberapa kali Doni menghisap, tiba tiba Fitri merebut ganja itu dan membantingnya ke tangah. Serentak Doni, Andi dan kawan kawannya terkejut dan berdiri.
            ” Doni, lo sadar Don. Lo kemasukan setan apa Don. Lo tau kan itu barang haram, lo gak boleh gunain barang haram itu Don ” bentak Fitri.
            ” Akh, cerewet banget lo ini. Lo itu bukan siapa siapa buat gw. Jadi lo gak berhak ngatur ngatur gw ” Doni membalas bentakan Fitri.
            ” Gw sahabat lo Don ” jawab Fitri.
            “ Sahabat kata lo? Lo itu gak lebih dari seorang pelacur!!! ” bentak Doni lagi.
            Tanpa berkata apa apa lagi Fitri langsung melayangkan tangannya dan menampar Doni. Andi yang berdiri di samping Doni pun bereaksi mendorong Fitri. Beruntung Aden ada di belakang Fitri dan menahan Fitri agar tidak terjatuh.
            ” Eh, lo kalau berani jangan sama perempuan. Lawan gw ” tantang Aden.
            ” Jadi lo sok jagoan disini ” sahut Andi.
            ” Udah Di, biar gw yang beresin dua orang ini ” ujar Doni.
            ” Gw gak pernah takut sama kalian, kalian tuh sampah. Gak punya masadepan ” ucap Aden.
            ” Lo bilang gw apa? Sampah, lo yang sampah ” bentak Doni.
            ” Aden, udah Den. Kita pergi ” Fitri tampak menahan Aden dan menarik tangannya.
            ” Lo inget Don, Lo bakal nyesel udah make barang haram itu ” ucap Aden sebelum meninggalkan Doni.
            ” Anjrit tuh cewe sakit juga tamparannya ” ujar Doni sambil mengusap pipinya.
            ” Lo gak apa apa Don? ” tanya Andi.
            ” Kalau bukan cewe aja udah gw bales tuh. Mana lintingan gw di injek gini ” ucap Doni.
            ” Tenang aja, gw masih ada stok nih. Tapi yang ini lo mesti bayar ” ucap Andi.
            ” Berapa satu? ” tanya Doni.
            ” Buat lo 50ribu aja ” jawab Andi.
            “ Gw ambil 2 deh “ ucap Doni sambil mengeluarkan uang 100ribu dari sakunya.
            ” Oh iya, nanti malem lo dateng ya kerumah gw. Kita pesta pesta “ ujar Andi sambil memberikan 2 lintingan kepada Doni.
            ” Ada yang beginian nya gak? ” tanya Doni sambil menunjukan lintingan ganja.
            ” Tenang aja komplit semua ada ” ucap Andi.
            Mereka pun kembali menghisap barang terlarang itu.
            Doni tampak sudah terpengaruh oleh Andi. Bahkan Doni sudah memakai barang barang terlarag itu. Tekanan dalam kehidupannya membuat dia berubah. Mungkin saat itu baginya hanya Andi lah yang bisa menghilangkan tekanan dalam dirinya.
            Siang harinya setelah mereka pulang sekolah, Aden berniat untuk menyatukan semua sahabat sahabatnya kembali. Karena rumah Fitri yang terdekat, maka Aden pun menghampiri kerumahnya.
            Ting tong..... terdengar suara bel berbunyi. Fitri langsung bergegas membuka pintu.
            ” Aden, gw kira siapa. Tumben nih kerumah gw, ada apa? ” ujar Fitri setelah membukakan pintu.
            ” Gw mau ngajak lo sama anak anak yang lain ngumpul lagi ” jawab Aden.
            ” Loh, kenapa gak di sms aja? ” tanya Fitri.
            ” Gw ragu buat sms mereka, yang ada mereka gak akan datang. Mending gw jemput aja mereka satu per satu ” jelas Aden.
            ” Iya udah, gw ganti baju dulu yah. Lo tunggu sebentar ” Fitri bergegas masuk ke rumah.
            Tak lama kemudian Fitri keluar, mereka pun langsung pergi menjemput Dika, Dinda, dan Doni. Pertama tama mereka menghampiri rumah Dika. Mereka pun bergegas mengetuk pintu rumah Dika, dan tak lama Dika keluar.
            ” Aden, Fitri, gw kira Novi ” ujar Dika saat membuka pintu.
            ” Lo mau pergi ya sama Novi? ” tanya Fitri.
            ” Iya, kalian tumben dateng ke rumah gw. Ada apa nih? ” tanya Dika.
            ” Gw sama Fitri sebenernya mau ajak lo kumpul. Tapi kyak nya lo mau pergi ” jelas Aden.
            Belum sempat Dika menjawab Novi pun datang dan menghampiri Dika.
            ” Aduh, maap yah aku lama ” ujar Novi.
            ” Iya gak apa apa kok ” jawab Dika.
            ” Eh ada kak Aden sama mba Fitri. Oh iya, kalian cocok loh sama sama pinter lagi. Mau ikut juga ya? ” tanya Novi.
            ” Gak kok kami gak mau ngerusak acara kalian. Kebetulan tadi lewat dan mampir sebentar. Kalau giti kami langsung pamit ya. ” ujar Aden.
            ” Aden sorry ya ” ucap Dika saat Aden dan Fitri hendak pergi.
            ” Iya gak apa apa ” jawab Aden.
            Aden dan Fitri pun pergi. Selanjutnya mereka menuju kerumah Dinda. Saat sampai di rumah Dinda tampak sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir di depan garasi rumah Dinda. Baru saja Aden dan Fitri masuk ke halaman rumah Dinda, Dinda keluar bersama Johan.
            ” Fitri, kok gak sms dulu sih kalau mau dateng ” Dinda terkejut melihat Fitri ada di depan rumahnya.
            ” Itu siapa Din? ” tanya Fitri meliahat seseorang di samping Dinda.
            ” Oh iya kenalin ini manajer gw ” ujar Dinda tersenyum.
            ” Johan ” Johan mengulurkan tangan nya.
            ” Fitri ” Fitri memperkenalkan diri.
            ” Aden ” Aden pun memperkenalkan dirinya.
            ” Oh iya, ada apa jauh jauh dateng kerumah gw? ” tanya Dinda.
            ” Gw sama Aden mau ajak lo ngumpul lagi Din ” jawab Fitri.
            ” Aduh, gw mau pergi nih. Ini penting banget buat karir gw. Next time aja ya ” ujar Dinda.
            “ Dinda, ayo kita berangkat sekarang “ sahut Johan.
            ” Gw berangkat dulu ya ” Dinda pun pergi bersama Johan menaiki mobil sedan itu.
            Aden dan Fitri pun akhirnya pergi dari rumah Dinda. Yang terakhir mereka mengunjungi rumah Doni. Karena jarak dari rumah Dinda dan rumah Doni sangat jauh tanpa terasa saat tiba di rumah Doni hari mulai gelap.
            Tampak juga Fitri masih kesal dengan sikap Doni di sekolah tadi. Fitri pun enggan untuk turun dari mobil.
            ” Ini kan rumah Doni ” ujar Fitri.
            ” Iya, memangnya kenapa Fit? ” tanya Aden.
            ” Gw gak mau turun ” sahut Fitri kesal.
            ” Gak boleh gitu dong Doni juga kan sahabat kita. Bukannya kemarin kamu sendiri yang bilang kalau Doni butuh kita? ” ujar Aden membujuk Fitri.
            ” Iya deh ” ucap Fitri.
            Mereka akhirnya keluar dari mobil dan langsung mengetuk pintu rumah Doni. Ibu Doni pun keluar membukakan pintu.
            ” Eh Fitri dan Aden. silahkan masuk nak ” ajak Ibu Doni.
            Aden dan Fitri pun masuk.
            ” Silahkan duduk nak, mau minum apa? ” tanya Ibu Doni.
            ” Tidak usah repot repot tante ” jawab Aden.
            ” Tante, kok rumahnya sepi. Om sama Doni kemana? ” tanya Fitri.
            ” Om belum pulang kerja, sedangkan Doni baru saja keluar ” jawab Ibu Doni.
            ” Kalau boleh tau pergi kemana tante? ” tanya Fitri lagi.
            ” Waduh, tante kurang tau. Tadi Doni tidak bilang mau kemana ” jawab Ibu Doni.
            Krrriiiiingggg.... kriiiiinnngg.... terdengar suara telephone berbunyi dari ruang tengah.
            ” Tante angkat telephone sebentar ya ” Ibu Doni pun masuk keruang tengah.
            ” Gagal lagi deh ” ujar Fitri saat Ibu Doni masuk kedalam.
            ” Gak boleh nyerah dong kita pasti bisa kok bersatu lagi ” ujar Aden.
            Dan tiba tiba terdengar seperti suara benda terjatuh dari ruang tengah. Aden dan Fitri pun langsung menghampiri suara itu. Tampak yang terjatuh ialah gagang telephone. Dan tampak juga Ibu Doni Duduk sambil menangis.
            ” Tante, tante kenapa? ” tanya Fitri.
            ” Doni ” ujar Ibu Doni sambil terus menangis.
            ” Tante tenang dulu tan, ini tante minum dulu ” Aden memberikan segelas air putih kepada Ibu Doni
            Ibu Doni pun meminumnya.
            ” Doni kenapa tante? ” tanya Fitri lagi.
            ” Tadi telepon dari temannya Doni, dia bilang Doni masuk rumah sakit ” ujar Ibu Doni sambil menangis.
            ” Kalau gitu ayo tante kita kerumah sakit sekarang ” ajak Aden.
            Aden langsung memacu mobilnya menuju rumah sakit. Tampak sepanjang perjalanan ibu Doni tak henti hentinya menangis. Fitri dan Aden pun tampak cemas dengan kondisi Doni.
            Sesampainya di ruamah sakit Aden, Fitri dan Ibu Doni langsung menanyakan resepsionis dimana Doni dirawat. Mereka pun bergegas menuju ruangan dimana Doni di rawat. Tampak juga di depan ruangan Andi berdiri. Mereka pun menghampiri Andi.
            ” Doni dimana nak? ” tanya ibu Doni.
            ” Doni di dalam tante ” jawab Andi sambil menundukan kepala.
            ” Berengsek lo Di. Lo yang udah pengaruhin Doni sampe kaya gini ” Aden mendorong Andi sampai ke tembok.
            ” Gw udah bilang ke Doni supaya gak make terlalu banyak, tapi Doni gak dengerin omongan gw ” jelas Andi.
            ” Aden, udah Den. Doni lebih penting dari pada kita urusin Andi ” ujar Fitri sambil menarik tangan Aden.
            ” Sekarang lo pergi, jangan sampe lo deketin Doni lagi. Ngerti lo! ” bentak Aden.
            Andi langsung bergegas pergi. Akhirnya dokterpun keluar dari ruangan.
            ” Dok, bagai mana keadaan anak saya? ” tanya ibu Doni.
            ” Anak ibu tampaknya kelebihan dosis obat obatan. Alhamdulillah nya anak ibu masih bisa terselamatkan. Kondisinya pun berungsur membaik, mungkin besok pagi dia sudah bisa siuman ” jelas Dokter.
            ” Dok, boleh kami masuk untuk melihat? ” tanya Fitri.
            ” Tentu saja, tapi biarkan pasien untuk istirahat untuk memperbaiki kondisinya ” ujar Dokter.
            ” Terimakasih Dok ” ucap Fitri.
            Aden, Fitri, dan Ibu Doni pun bergegas masuk kedalam ruangan. Malam itu Aden dan Fitri tampak menginap di rumah sakit menemani Ibu Doni. Pagi harinya baru lah Aden dan Fitri pulang dan bersekolah seperti biasanya. Setelah pulang sekolah baru lah Aden dan Fitri kembali kerumah sakit untuk menjenguk Doni. Tampaknya Doni masih belum siuman.
            Tak lama kemudian Doni tampak mulai tersadar.
            ” Doni ” ujar Fitri saat Doni tersadar.
            ” Fit, gw ada dimana? ” tanya Doni.
            ” Lo ada di rumah sakit Don ” jawab Fitri.
            ” Don lebih baik lo istirahat dulu ” ujar Aden ketika Doni hendak bangun.
            ” Den, Fit, gw minta maaf ya udah bicara yang enggak enggak sama kalian kemarin. Gw nyesel ” ujar Doni.
            ” Iya Don, gak apa apa. Gw juga minta maap karena gw sempet gak ada disaat lo butuh seseorang yang bisa ngertiin lo ” jawab Fitri.
            ” Don, gw mohon banget sama lo. Gw mohon lo berenti gunain barang barang itu ” pinta Aden.
            ” Iya Den, gw janji gak akan pernah sentuh lagi barang itu ” ujar Doni.
            Tiba tiba ibu Doni masuk keruangan itu setelah pergi menebus obat dan membayar administrasi. Ibu Doni tampak bahagia melihat anaknya sudah tersadar.
            ” Doni ” Ibu Doni langsung memeluk Doni.
            ” Ibu, maafin Doni bu ” ujar Doni.
            ” Ibu juga minta maaf Don ” ucap Ibu Doni sambil menangis.
            Aden dan Fitri pun tersenyum bahagia melihat Doni dan ibunya akur kembali. Bahkan Fitri pun kembali meneteskan air mata dan bersandar di bahu Aden.
            ” Loh Fit, kok kamu ikutan nangis? ” tanya Aden.
            ” Sedih tau ” jawab Fitri.
            ” Sedih apa memang kamu nya yang cengeng? ” sindir Aden.
            ” Ikh, enk aja. Cewe tuh sensitif . gak nerti banget sih ” Fitri memukul Aden.
            ” Iya deh ngerti kok. Tadi Cuma bercanda ” ujar Aden.
            Sore itu Aden dan Fitri pulang kerumah mereka masing masing. Karena esok harinya mereka harus kembali kesekolah.
            Keesokan harinya tamak Aden baru datang ke sekolah. Di lorong sekolah Aden melihat Dika bersama Novi di depan kelas Novi. Aden hanya tersenyum melihat sahabatnya itu bahagia dan meneruskan langkahnya menuju kelasnya. Tampak Dika sedang berbicara dengan Novi.
            ” Kak, maaf ya kayaknya hubungan kita cukup sampai disini aja ” ujar Novi.
            ” Loh Nov, kamu bercanda kan ” sahut Dika.
            ” Novi serius kak, maaf Novi selama ini Cuma manfaatin kak Dika aja. Novi ingin buat mantan Novi cemburu dan akhirnya minta kembali ke Novi. Dan sekarang Novi udah balikan lagi sama mantan Novi. Novi juga ngucapin terima kasih ke kakak udah sayang banget sama Novi ” jelas Novi dan langsung meninggalkan Dika.
            Dika tampak sangat kecewa.
            Sementara itu dikelas tampak Fitri sedang duduk sendiri. Aden pun memasuki kelas dan langsung menghampiri Fitri.
            ” Fit, sendiri aja. Mana Dinda? ” tanya Aden.
            ” Gak tau Den, belum datang. Den aku ke kantin dulu yah. Mau ikut gak? ” ujar Fitri tersenyum.
            ” Gak deh, gw udah makan tadi di rumah ” jawab Aden.
            Fitri pun langsung keluar kelas menuju kantin. Sementara Aden duduk dikelas sambil membaca sebuah buku. Entah mengapa tak lama kemudian tampak Fitri kembali kekelas dengan tergesa gesa. Fitri pun langsung menghampiri Aden.
            ” Kenapa Fit? ” tanya Aden melihat wajah Fitri tampak cemas.
            ” Gawat Den, Dika mau bunuh diri ” ujar Fitri.
            ” Apa? Dimana Fit? ” Aden tampak terkejut.
            ” Ayok ikut gw ” Fitri langsung menarik Aden.
            Mereka berlari sepanjang lorong sekolah menuju halaman belakan sekolah. Tampak disitu sudah banyak siswa dan para guru yang berkumpul untuk meminta agar Dika turun.
            ” Kok Dika bisa gitu Fit? ” tanya Aden ketika melihat Dika yang sedang berdiri di atas gedung sekolah dari bawah.
            ” Gw juga gak tau Den ” jawab Fitri panik.
            ” Lo tunggu sini ” ujar Aden dan langsung bergegas pergi.
            ” Aden lo mau kemana? Dika gimana Den? ” teriak Fitri dengan panik.
            Aden tampak berlari menyusuri lorong kelas dan menaiki tangga untuk menghampiri Dika.
            ” Dika, lo jangan nekat Dik ” ujar Aden setelah dia sampai di atas gedung sekolah.
            ” Buat apa lagi gw hidup Den. Novi tiba tiba mutusin gw. Gak ada lagi yang butuhin gw ” ujar Dika.
            ” Oh semua ini Cuma karena Novi? ” Aden perlahan menghampiri Dika.
            ” Novi Cuma manfaatin gw buat balikan sama mantannya. Hati gw ancur Den. ” Jelas Dika.
            ” Sempit banget yah pemikiran lo sampai mau bunuh diri. Lo tau Cuma orang orang bodoh yang lakuin hal kaya gini ” ucap Aden.
            ” Terserah lo mau bilang gw apa Den. Hidup gw udah ancur ” jawab Dika.
            ” Hehehehehe.... tinggi juga yah ternyata disini ” Aden tampak Duduk di pinggir gedung dekat Dika.
            ” Semua nya memang gak adil buat gw Den ” ucap Dika.
            ” Gak adil, lo liat semua orang orang di bawah. Mereka perduli sama lo Dik. Gw, Fitri, Dinda, butuh lo. Terutama Doni, Doni dirawat di rumah sakit karena over dosis. Dan lo Cuma nyerah gitu aja karena Novi. Lo fikir masalah bisa selesai dengan cara gini? Novi bakal bangga kalau lo sampai lompat. Dia bakal ngerasa kalu dia dah berhasil buat lo lakuin hal bodoh kaya gini ” ujar Aden.
            ” Gw gak tau mesti gimana lagi Den ” ucap Dika.
            ” Lo jangan tanya gw Dik. Cuma diri lo yang bisa tau jawabannya. Kalau lo memang mau lompat, silahkan lompat aja ” ucap Aden sambil berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Dika.
            ” Den, apa benar Doni masuk rumah sakit? ” tanya Dika sambil menghadap kearah Aden.
            ” Kalau lo mau nanti pulang sekolah kita jenguk sama sama ” Aden bicara dan kembali melangkah. Setelah beberapa langkah Aden tampak kembali berhenti dan kembali menghadap kearah Dika. ” Woy, malah diem. Mau ikut gak? ” ucap Aden tersenyum.
            Dika pun tersenyum dan melangkah menghampiri Aden. Mereka pun akhirnya turun dari atas gedung. Semua siswa dan para guru akhirnya merasa lega melihat Aden berhasil membawa Dika turun.
            Tampak hari itu Dinda tidak masuk kesekolah. Dan ketika pulang sekolah Aden, Dika, dan Fitri pergi kerumah sakit untuk menjenguk Doni.
            ” Hay Doni, gimana udah sehatan belum? Ini gw bawain buah buahan buat lo ” ujar Fitri.
            ” Yah lumayan lah Fit, makasih ya. Eh, Dika juga ikut ya? ” tanya Doni tersenyum.
            ” Don, maafin gw yah. Gw terlalu sibuk sama Novi sampai sampai gak perduliil lo sahabat gw sendiri. ” ucap Dika.
            ” Gak apa apa kok Dik, yang terpenting sekarang kita semua udah bersatu lagi kayak dulu ” ujar Doni tersenyum.
            ” Iya, tapi sayang Dinda gak ada di sini ” ucap Fitri dengan nada yang sedih.
            ” Dinda kan lagi merintis karirnya jadi kita semua berdoa aja buat kesuksesan dia ” sahut Aden.
            ” Amin ” Fitri, Doni, dan Dika menjawab serentak.
            ” Oh iya Don, remot tv nya mana? Gw mau nonton nih ” tanya Fitri.
            ” Itu ambil aja di meja ” jawab Doni.
            Fitri pun mengambil remot di atas meja dan menghidupkan tv. Fitri pun tiba tiba terdiam melihat berita di tv itu. Tampak di beritakan bahwa sesungguhnya Johan manager Dinda adalah seorang buronan polisi karena telah memperdagangkan wanita ke luar negri dengan modus pencari bakat model dan artis.
            ” Aden, liat geh. Itu kan Manager nya Dinda ” ujar Fitri sambil menunjuk tv.
            ” Iya bener tuh ” sahut Aden.
            ” Gawat Den, gw baru inget. Dinda bilang hari ini dia mau pergi ke luar kota. Jangan jangan Dinda mau di jual lagi ” ucap Fitri.
            ” Kalau begitu kita harus segera kasih tau Dinda ” sahut Aden.
            ” Iya, kalian cepet pergi biar Doni sama gw disini ” ujar Dika.
            Fitri dan Aden bergegas menuju rumah Dinda. Sedangkan Dika menemani Doni di rumah sakit. Fitri dan Aden pun tampak khawatir dengan Dinda sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah Dinda Fitri langsung berlari keluar dari mobil menuju teras rumah Dinda. Beruntung saat itu Dinda belum berangkat pergi. Tampak Dinda sudah mempersiapkan keberangkatannya.
            ” Dinda... ” ujar Fitri tiba tiba memeluk Dinda yang sedang menunggu di depan teras rumahnya sambil menangis.
            ” Fitri, kenapa Fit? Kok sampai nangis gitu. Gw Cuma 1 minggu kok perginya. Nanti juga pulang lagi ” ucap Dinda.
            ” Din, gw mohon lo jangan pergi ” ucap Fitri setelah melepas pelukannya.
            ” Apa? Tapi ini cita cita gw dari kecil Fit. Gw mungkin gak bisa dapetin kesempatan langka seperti ini lagi. ” ujarr Dinda.
            ” Iya gw tau Din. Tapi manejer lo tuh bukan orang baik baik Din. Lo bukan mau di promosiin jadi model atau artis, tapi lo mau di jual ” jelas Fitri.
            ” Fitri bener Din, tadi gw sama Fitri liat berita di Tv kalau manajer lo itu sebenernya buronan polisi ” sahut Aden.
            ” Kalian gila yah, terserah ya apa pun kata kalian. Gw tetep pergi ” ujar Dinda.
            ” Lo harus percaya sama gw Din ” ucap Fitri.
            ” Oh, lo sirik kan sama gw Fit. Makanya lo larang gw buat pergi. Gw tau ini Cuma akal akalan kalian supaya gw gagal hujutin cita cita gw ” Dinda tampak mulai kesal.
            ” Gw gak mungkin rusak cita cita lo Din. Gw malah senang kalau lo bisa sukses ” ujar Fitri.
            ” Gak nyangka gw sama lo Fit. Gw kira lo sahabat gw. Tapi lo mau nusuk gw dari belakang ” ucap Dinda.
            Tiba tiba Johan datang dengan dikawal 2 polisi. Tampak juga tangan Johan terborgol.
            ” Selamat Sore ” ucap Polisi itu saat menghampiri Dinda, Fitri, dan Aden.
            ” Selamat Sore pak ” jawab Dinda.
            ” Apa benar ini kediaman saudari Dinda? ” tanya polisi itu lagi.
            ” Benar pak saya Dinda ” ujar Dinda.
            ” Apa anda mengenal orang ini? ” tanya polisi itu lagi.
            ” Iya pak, ini menejer saya ” jawab Dinda.
            ” Orang ini adalah buronan yang selama ini kami cari. Dia sudah banyak menipu remaja remaja seperti anda untuk di perdagangkan ke luar kota. Beruntung kami sudah menengkapnya ” jelas polisi itu.
            ” Jadi kamu mau jual saya Han? ” tanya Dinda.
            Johan hanya tertunduk. Tanpa berucap kata kata lagi Dinda langsung menampar Johan dengan keras dan memeluk Fitri sambil menangis.
            ” Fit, maafi gw Fit ” ujar Dinda.
            ” Gak apa apa Din. Gw ngerti lo pengen banget gapai cita cita lo ” ucap Fitri.
            ” Maaf, bisa anda ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Kerjasama anda sangat kami butuhkan untuk menjadi saksi di persidangan nanti ” ucap polisi.
            ” Iya pak saya bersedia ” ujar Dinda sambil menghapus air matanya.
            Mereka semua pun langsung bergegas menuju kantor polisi.
            Waktu demi waktu telah berlalu hari pun berganti hari. Doni akhirnya bisa keluar dari rumah sakit. Dan akhirnya persidangan Johan pun selesai. Johan telah ditetapkan menjadi tersangka. Dan Johan harus masuk kedalam penjara.
            Setelah Aden, Dinda, Dika, Doni, dan Fitri menyelesaikan UN. Sekolah mereka mengadakan lomba fesien show, dan pentas seni lain nya. Seperti biasa Dinda mengikuti lomba fesien show itu. Tampak Aden, Doni, dan Dika sudah  datang dan memberi dukungan kepada Dinda. Tak lama Fitri pun datang dan menghampiri Aden, Dika, dan Doni.
            ” Aduh, sorry gw terlambat ” ucap Fitri.
            ” Dari mana sih lo? ” tanya Dika.
            ” Lo kayak gak tau Fitri aja ” sahut Doni.
            ” Gimana Dinda menang gak? ” tanya Fitri.
            ” Belum tau nih belum di umumin ” jawab Aden.
            Tiba tiba Novi datang dan menghampiri mereka.
            ” Kak Dika ” ujar Novi menundukan kepala.
            ” Kenapa Nov? ” tanya Dika.
            ” Maafin Novi kak, kesalahan terbesar dalam hidup Novi adalah melepas kakak. Novi mau kita balikan lagi ” jelas Novi.
            ” Bukan nya kamu sudah punya pacar? ” tanya Dika
            ” Aku sudah putus kak ” jelas Novi.
            Dika tampak menoleh kearah sahabat sahabatnya untuk sejenak.
            ” Maaf Nov kayak nya gak bisa ” jawab Dika.
            ” Kenapa kak? Kk masih marah sama Novi? ” tanya Novi lagi.
            ” Kakak gak marah kok sama kamu. Cuma mungkin kakak pengen sendiri dulu ” jelas Dika.
            Mendengar itu Novi pun langsung pergi.
            ” Dika, lo yakin gak mau balikan sama Novi ” tanya Fitri setelah Novi pergi.
            ” Buat apa kan gw pacarnya lo... ahahhahaha....” jawab Dika.
            ” Enak aja ” Fitri memukul pelan Dika.
            ” Udah udah tuh mau di umumin pemenang nya ” sahut Aden.
            Pemenang lomba pun di umumkan, akhirnya Dinda yang menjadi juara pertama di lomba itu. Seusai acara mereka berkumpul di halaman sekolah.
            ” Dinda... selamet yah ” ujar Fitri bahagia sambil memeluk Dinda.
            ” Makasih Fit ” Dinda pun tampak bahagia.
            ” Eh,, gantian dong meluk nya gw juga mau ” ujar Doni.
            ” Eits... jangan cari cari kesempatan ya ” sahut Fitri.
            ” Tuh peluk tembok aja ” ujar Dinda.
            ” Hahahahaha ” Aden, Fitri, Dinda, dan Dika tertawa bersama sama.
            ” Ternyata bener ya masa SMA itu indah dan penuh warna ” ucap Aden.
            ” Memangnya sepidol. Warna warni ” sahut Doni.
            ” Iya mungkin. Coba geh kalian bayangkan. Banyak banget yang udah kita lewatin. Semuanya penuh warna ” jelas Aden.
            ” Aden betul tuh, gw hampir aja putus asa karena merah nya cinta ” ujar Dika.
            ” Gw juga terlalu terobsesi dengan warna impian gw. Kalau gak ada kalian mungkin gw udah jadi jablay di luar sana ” ucap Dinda.
            ” Gw yang lebih parah, sampai sampai gw merasakan gimana hitamnya pergaulan bebas. Gw beruntung punya kalian, sahabat sahabat yang mau membimbing gw keluar dari hitamnya dunia ” sahut Doni.
            ” Gw juga Cuma bisa berharap kita selalu seperti ini. Bersatu meski banyak warna dalam kehidupan kita ” ujar Fitri.
            ” Iya yang pasti kita tetap satu dalam putihnya persahabatan ” ucap Aden.
            ” Gw ngerasa berat banget kalau harus pisah dengan kalian. Mungkin hari ini hari terbaik dalam hidup gw ” ujar Dinda.
            ” Meski nanti kita lulus, kita akan tetap bersama kan? ” tanya Fitri.
            ” Iya harus dong ” ujar Dika.
            Tanpa terasa waktu telah berlalu. Mereka pun akhirnya lulus dengan nilai yang cukup baik. Doni kini tingal bersama ibunya setelah orang tua mereka bercerai. Dinda tetap meneruskan cita citanya sebagai seorang model. Dika kini tak lagi memikirkan cinta dan fokus utuk meneruskan kuliah. Fitri dan Aden mendapatkan beasiswa untuk meneruskan kuliah mereka. Merka semua sepakat untuk meneruskan kuliah di tempat yang sama agar mereka selalu bersama.
            Hidup memang selalu penuh warna dimana pun kita berada.




TAMAT



WARNA WARNI SMA
By : Rhofilia Saputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar